PENDAHULUAN
Matematika
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah yang diterima, sehingga kebenaran antar
konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran
matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induksi dapat
dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses
penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki siswa.
PEMBAHASAN
STRATEGI DAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A.
Strategi
Pembelajaran Matematika
Strategi
pembelajaran (Leraning Strategi)
adalah siasat atau kiat yang direncanakan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara optimal. Guru matematika harus dapat mengkreasikan suatu
lingkungan belajar yang memupuk perkembangan setiap kekuatan matematika
siswanya dengan memberikan dan mengelola waktu yang cukup untuk mengeksplorasi
konsep dan prosedur matematika yang sedang dipelajari siswa, dan un
tuk menemukan ide-ide yang berarti,
menggunakan alat peraga yang dapat mempermudah siswa dalam belajar matematika,
memberikan konteks yang dapat mendorong perkembangan dan kecakapan matematika
siswa, dan menghargai dan menilai gagasan-gagasan, cara berfikir, dan watak
matematis siswa.
Ketika
guru merencanakan pengajarannya, mereka memiliki tujuan instruksional yang akan
dicapai melalui berbagai model pembelajaran yang akan dilakukan. Ada tiga model
pembelajaran yang dianjurkan, yaitu pengajaran informal konsep-konsep,
prosedur, material, pelajaran langsung guru, dan investigasi matematika.
Guru
sering mengenalkan konsep dan ide matematika melalui situasi informal sebelum
pengalaman itu dikenalkan dalam pelajaran. Kegiatan ini dilakukan ketika siswa
sedang bekerja, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau ketika siswa sedang memanipulasi
material matematika. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan latar belakang
matematika yang kuat. Kegiatan informal yang dilakukan guru tersebut sebenarnya
sesuai dengan pengalaman belajar siswa ketika belum sekolah. Anak-anak
memperoleh pengalaman belajar dari situasi informal, misalnya melalui teman
bermain, alat-alat permainan, atau belajar dari lingkungan terdekatnya.
Anak-anak yang memiliki kesempatan untuk bekerja secara informal dengan konsep
matematika berarti memiliki kesempatan membangun pemahaman dasarnya.
Dasar-dasar pemahaman itu adalah sebagai pondasi untuk konsep dan prosedur
formal yang akan dikenalkan secara
formal kecuali itu,melalui pengalaman informasi anak akan mengembangkan
kesiapan pedagogis dan afektifnya untuk menghadapi aktivitas berikutnya. Pada
pembelajaran matematika dikenal empat modal penyajian materi pembelajaraan,
yaitu:
(1) Model
konkret, yaitu modal penyajian pembelajaran menggunakan benda-benda konkret
atau benda nyata yang ada di sekitar siswa, misalnya ketika guru memberikan
buah jeruk maka guru sekaligus menunjukan buah jeruk pada siswa.
(2) Model
semi konkret, yaitu modal penyajian pembelajaran menggunakan gambar-gambar
benda nyata. Misalnya gambar buah mangga, gambar jeruk, dan lain-lain.
(3) Model
semi abstrak, yaitu modal penyajian pembelajaran menggunakan gambar-gambar
benda abstrak.
(4) Modal
absrak, yaitu modal pembelajaran menggunakan simbol-simbol atau
lambang-lambang.
1. Pembelajaran
Dengan Ekspositori
Suatu pembelajaran langsung guru (teacher-directed lessons) seorang guru
bekerja bersama dengan sekelompok siswa dalam satu keahlian atau satu konsep.
Pada model pembelajaran ini, guru harus selalu menggunakan observasi dan
diskusi untuk mengevaluasi kesiapan siswa pada penyajian formalnya. Guru harus
mengetahui benar isi matematika sesuai dengan ruang lingkup kurikulum dan
urutannya. Guru perlu mengidentifikasikan tujuan perilaku yang diharapkan,
menyusun rencana pembelajaran untuk periode waktu tertentu. Robert Gagne
memberikan penyajian konsep baru-latihan terbimbing-latihan mandiri. Berkaitan
dengan pembelajaran secara langsung. Gagne menyatakan bahwa guru harus
mengikatkan dirinya dengan siswa dalam belajar melalui delapan kegiatan, yaitu:
(1) memperoleh perhatian siswa, (2) menginformasikan tujuan belajar pada siswa,
(3) mengikatkan pengalaman dan informasi sebelumnya serta kemampuan prasyarat,
(4) menyajikan isi dan ketrampilan baru,(5) memberikan petunjuk belajar,(6)
mendapatkan perilaku yang diharapkan,(7) memberikan evaluasi balik dan menilai
perilaku, dan(8) menerapkan isi dan ketrampilan dalam situasi baru. Sedangkan Madeline Hunter dan Douglass Russell telah
mengembangkan siklus pembelajaran yang terdiri dari tujuh bagian dari suatu
pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) menyusun langkah-langkah,(2) menentukan
tujuan,(3) memberikan masukan instruksional,(4) memodel operasi,(5) memeriksa
pemahaman siswa,(6) memberikan latihan terbimbing, dan (7) memberikan latihan
mandiri.
2. Pembelajaran
Dengan Penemuan Terbimbing
Bruce
Joyce dan Marsha Weil melaporkan lebih dari 20 strategi pembelajaran yang
berbeda ditemukan efektif. Strategi itu meliputi mnemonik (teknik hafalan),
induksi, perolehan konsep, sinektik(kreatifitas), dan penyilidikan
(investigasi) sering juga disebut penemuan terbimbing. Siswa menemukan konsep-konsep
atau prinsip-prinsip dengan bantuan guru. Sedangkan metode induktif bergerak dari contoh-contoh khusus kepada
kesimpulan umum.
Siswa
bekerja dengan material atau seperangkat data yang tidak teratur dengan dua
metode tersebut. Pemberian teka-teki sering digunakan untuk memotivasi
penyelidikan. Siswa mencari pola-pola atau hubungan dengan alat atau data yang
diselidiki, kemudian menjelaskannya. Setelah menemukan pola atau hubungan siswa
disuruh menguji pola yang ditemukan tersebut sehingga akhirnya ditemukan
generalisasi. Dengan demikian generalisasi (kesimpulan) yang menentukan adalah
siswa dan bukan guru. Guru hanya sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing
jika diperlukan. Sedangkan yang dimaksud pembelajaran yang lebih memberikan
kesempatan atau kebebasan pada siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep atau
prinsip tanpa bantuan guru. Siswa melakukan penyelidikan-penyelidikan sendiri
untuk menemukan suatu konsep atau prinsip, kemudian menyajikannya serta
mempertahankannya sehingga hasil temuan itu menjadi suatu generalisasi, pada
waktu siswa melakukan penyelidikan, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan:
menyusun langkah atau tahapan, merumuskan tujuan, menyelidiki atau menguji
untuk pemahaman, dan perluasan.
B.
Penilaian
Pembelajaran Matematika
Istilah
evaluasi (penilaian) bersal dari bahasa Inggris yaitu “ evaluation” dalam buku
Essentials of Educational Evaluation karangan Edwind Wand dan Gerald W. Brown
dikatakan bahwa : Evaluation refer to the act or prosess to determining the
value of something (Wand and Brown, 19, hal 1). Jadi menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat
tersebut maka evaluasi pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
1. Penilaian
Kesiapan Siswa Belajar Matematika
Anak-anak harus telah siap mempelajari
sesuatu jika konsep atau kemampuan matematika yang baru akan dikenalkan. Robert
B. Underhill mengidentifikasikan 5 komponen kesiapan anak bagi guru untuk
dipertimbangkan ketika merencanakan dan mengajar matematika, yaitu :
a. Kesiapan
isi, berhubungan dengan kemampuan dan pengetahuan matematika yang dimiliki
siswa. Misalnya, seorang siswa yang
dapat menghitung secara tepat soal 34-6=….
b. Kesiapan
pedagogis, berkenaan dengan pemahaman siswa tentang material atau alat peraga
yang mereka gunakan ketika mempelajari matematika.
c. Kesiapan
kedewasaan ( kesiapan maturasional), berkaitan dengan tingkat kedewasaan mental
(perkembangan mental) siswa .Piaget telah menjelaskan bahwa setiap orang akan
melalui empat tingkat perkembangan mental yaitu tahap sensori motor,pra
oprasional,operasi konkret, dan operasi formal.
d. Kesiapan
afektif, berkenaan dengan usaha keras siswa (sikap) siswa untuk mempelajari
matematika. Usaha keras tersebut dapat menuntun pada tingkat keberhasilan
siswa.
e. Kesiapan
kontekstual, berkenaan dengan kesadaran siswa akan adanya cara-cara matematika
yang digunakan.
2. Penilaian
Pelaksanaan Tugas (proses)
Penilaian (asesmen) dalam
matematika perlu diubah dari kegiatan tes-tes tertulis (tes kertas-pensil) kepada
tes-tes yang berstandar pada evaluasi untuk kerja siswa dalam mengerjakan
keragaman yang luas tentang tugas-tugas kelas. Untuk itu dalam kegiatan
penilaian untuk kemampuan pelaksanaan tugas perlu diperhatikan isi, proses yang
digunakan untuk meyelesaikan tugas(pengetahuan konseptual atau pengetahuan
prosedural).
3. Penilaian
Kemampuan Berhitung
Pada
tahap awal,siswa akan mengembangkan pemahaman dan skill tentang bilangan dan
operasi bilangan. Ketika konsep dan skill baru dikenalkan maka latihan-latihan
yang cukup dengan prosedur-prosedurnya perlu diberikan sampai siswa
menguasai prosedur dengan tingkat
kepercayaan yang tepat. Pemeriksaan yang hati-hati terhadap latihan yang
dilakukan siswa adalah penting jika seorang guru harus melakukan kesalahan dan
penalararannya dan kemudian memberikan bimbingan yang dapat memperbaiki
kesalahan dan menjadikan suatu kebiasaan-kebiasaan yang baik.
4. Observasi
Observasi
(pengamatan) terhadap setiap aktivitas kelas merupakan keragaman informasi
tentang kesiapan anak dan pertumbuhan pemahaman konsep-konsep serta kemampuan
matematika.seorang guru selama melakukan
observasi dapat mencatat perilaku dan sifat-sifat: kerja keras, motivasi, perhatian,
antusias, keingintahuan, imajinasi, fleksibilitas, kooperasi, penerapan.
5. Wawancara
Wawancara
dapat dilakukan secara informal atau formal. Bentuk kegiatan wawancara tidak
harus memerlukan waktu yang lama. Wawancara tidak bertujuan untuk mengancam
anak, tetapi untuk memperoleh informasi secara langsung dari anak tersebut berkaitan
dengan penguasaan konsep atau prusedur. Wawancara informal dapat digunakan
sebagai pengulangan isi suatu portofolio atau jurnal harian. Sedangkan
wawancara formal lebih terstruktur dan biasanya menyelidiki lebih mendalam
terhadap pemahaman suatu konsep.
6. Tes
Diagnostik Dalam Belajar Matematik
Diagnosis
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk mendeteksi dan
menetapkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyerap pelajaran
yang disampaikan oleh guru, khususnya dalam mengerjakan tugas-tugas akademik.
Kesalahan-kesalahan tersebut dapat berupa
kesalahan dalam menerima konsep, prinsip, menggunakan algoritma, operasi
hitung dan lain-lain.
Kadang-kadang
kesalahan merespon yang dilakukan siswa dapat mengindikasikan ketidakhadiran
suatu skill atau konsep. Tetapi kadang-kadang tidak demikian. Hal ini dapat di
lakukan oleh casey (1979); clements (1982) (dalam Underhill, 1992) bahwa antara
20% dan 40% dari kesalahan siswa di sebabkan oleh kekuranghati-hatian siswa itu
sendiri.
Suatu
cara sederhana untuk mengurangi kesalahan dan mendiagnose kesulitan belajar
siswa adalah menggunakan lebih dari satu pertanyaan dalam mengevaluasi suatu
konsep atau skill. Jika siswa salah merespon dua pertanyaan, guru dapat
menyakinkan bahwa siswa kurang memahami konsep atu skill dari pada jika siswa
hanya salah merespon satu pertanyaan saia dalam menguasai suatu konsep
matematika.
7. Portofolio
Portofolio
untuk penilaian adalah kumpulan hasil-hasil kerja siswa yang dapat digunakan
sebagai informasi tambahan bagi guru untuk menilai kemajuan siswa dalam belajar
matematika. Yang dimaksud penilaian dengan portofolio adalah prosedur penilaian
yang dilakukan guru terhadap siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan
sumber informasi berupa kumpulan hasil-hasil siswa.
8. Penilaian
dengan jurnal
Jurnal
adalah rekaman berkelanjutan tentang komentar siswa yang ada pada setiap aspek
pekerjaan. Jurnal dapat berisi komentar komentar siswa yang merefleksikan
perasaannya dalam menghadapi pekerjaan yang sedang mereka kerjakan. Pertanyaan
seperti “ Ketika saya berfikir tentang
matematika, saya……” dapat mendorong
timbulnya tanggapan-tanggapan siswa. Jurnal juga dapat berisi suatu rekaman
aktivitas penyelesaian masalah. Rekaman ini memasukkan diskripsi
masalah-masalah yang menarik, strategi penarikan kesimpulan, dan cara menguji
proses dan jawaban.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkancana,Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Wahyudi. 2008. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Surakarta : UNS
0 komentar:
Posting Komentar