PEMBAHASAN
METODE TWO STAY TWO STRAY
A. DEFINISI
Metode two stay two stray (dua
tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang
memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada
kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang
diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu.
Dengan tujuan mengarahkan siswa
untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan
dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam pembelajaran ini
siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya
ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.
Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.[7]
Menurut Lie model pembelajaran two
stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua
siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain
yang tinggal.[8]
Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu), siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Two stay two
stray ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil
informasi dengan kelompok lainnya.[9]
Selain itu, struktur two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok
untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar
mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan
hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan
yang lainnya.[10]
B. PRINSIP
PENGGUNAANNYA
Asumsi yang digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan model pembelajaran Kooperatif tipe two stay two stray ini,
sebagai berikut:
·
Membutuhkan
kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif
·
Untuk
melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik
·
Meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
·
Siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
·
Membuat
siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun
sosial
C. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
Kelebihan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two stay two
stray (Dua Tinggal Dua Tamu) memiliki kelebihan antara lain:
·
Dapat
diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
·
Belajar
siswa lebih bermakna.
·
Lebih
berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan
·
Memberikan
kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara
memecahkan masalah
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan
komunikasi dengan teman sekelompoknya
·
Membiasakan
siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman
·
Meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Kelemahan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain
:
·
Membutuhkan
waktu yang lama
·
Siswa
cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa
belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
·
Bagi guru,
membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
·
Seperti
kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa
yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan
pendapatnya.
·
Guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan dalam
model pembelajaran TSTS ini, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu
mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau
dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga
memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.[12]
D. LANGKAH-LANGKAH
PENERAPAN
Langkah-langkah dalam menggunakan
metode two stay two stray adalah sebagai berikut :
a.
Peserta
didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa
b. Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain
c.
Dua orang
yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi mereka ke
tamu mereka
d. Tamu mohon
diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain
Ada pun tahapan-tahapan yang
terdapat dalam model two stay two stray ini adalah sebagai berikut :
Ø Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang
dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain
pembelajaran, meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas kedalam
beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota
kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa.
Setelah itu, siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Ø Presentasi
Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan
indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
Ø Kegiatan
Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya
menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh
tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang
berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan
klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan
masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka
sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain secara terpisah, sementara 2
anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota
yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya dari kelompok lain tadi serta mancocokkan dan membahas
hasil-hasil kerja mereka.
Ø Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.[14]
E. MATERI PAI
YANG SESUAI
Penggunaan model pembelajaran two
stay two stray tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan belajar
dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran two
stay two stray ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran PAI. Kemampuan
berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.
Pemilihan model pembelajaran yang
tepat perlu penyesuaian terhadap karakteristik siswa sehingga dapat memotivasi
siswa untuk aktif belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri tanpa
bergantung kepada guru yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan
hasil belajar pelajaran PAI siswa misalnya, guru dapat memilih dan menerapkan
model pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar siswa (visual, auditorial
dan kinestatik).[15]
Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.[16]
Jadi, dari penjelasan diatas maka
penulis akan mengambil salah satu aspek materi PAI yang dapat menggunakan
dengan metode ini, yaitu aspek Akidah Akhlak. Dengan materi Akhlak Mahmudah
Kepada Allah yang meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada
Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha
terhadap Qadha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena
Allah, dan Beramal karena Allah.
F. CARA
MENGEVALUASINYA
Menurut Van der Kley ada beberapa
cara menngevaluasi hasil belajar siswa dalam pembelajaran metode two stay two
stray, yaitu:
·
Setiap
anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
·
Setiap siswa
diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir.
·
Seorang
siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan
pemecahan materi tugas.
Selain itu, cara mengevaluasi
pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat pula dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
·
Memberikan
Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta
mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari, dan
·
Guru dapat
memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan dari materi yang telah
dipelajari, jika perlu dipraktekkan misalnya pada Materi Shalat dalam aspek
Fiqh.
G. CONTOH
PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY
Pembelajaran dengan metode ini
diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk yang telah dibagi
secara heterogen, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang
harus mereka diskusikan.
Setelah diskusi intarkelompok usai,
dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu
kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai
duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari satu kelompok. Tugas mereka
adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang
bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka
telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal,
baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima
tamu, mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.[18]
Dalam hal ini penulis mencontohkan
seorang guru yang mengajar di kelas VII MTs dengan jumlah peserta didik dalam
satu kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran Akidah Akhlak dengan
materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang meliputi diantaranya :
Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada
Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qodha dan Qadar, Ibadah kepada
Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah dan Beramal karena Allah. Dengan
sub pembahasan sebanyak 10 sub bahasan ini maka guru membagi peserta didik
kedalam 10 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian
dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini dapat dilakukan sebagaimana penerapan
yang telah dijelaskan diatas.
Setelah itu, diakhir pelaksanaan
guru menyimpulkan materi yang dibahas. Dan memberikan berupa kuis kepada
peserta didik untuk dapat mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran serta
dapat mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dibahas. Dan memberikan
reward kepada kelompok yang terbaik untuk penilaian secara kelompok dan menilai
siswa mana yang paling aktif untuk penilaian secara individu dari guru agar
dapat memacu motivasi siswa.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah penulis
paparkan dalam makalah ini maka dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran two
stay two stray dengan group to group exchange ini merupakan salah satu dari
model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak siswa untuk
aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencapai
keberhasilan dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua
model tersebut.
Dari kedua model pembelajaran ini
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Selain itu, dengan
menggunakan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih untuk
selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan
pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Dan
dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Namun
demikian, tidak ada metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara
seorang pendidik mampu mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan
kebosanan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mencapai
dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2012, Cooperative
Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-Pembelajaran-Dua-Tinggal-Dua/#Ixzz1vihguify (Diakses
tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 ).
Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam
15:15)
Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta
: University Press
Melvin L. Silberman, 2007, Active
Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Lisan Madani
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana,
2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3, Bandung : PT Refika Aditama
Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru
& Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, Jakarta : Rineka Cipta
[1] Melvin L. Silberman, Active
Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : Pustaka Lisan
Madani, 2007), hal 166
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru
& Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2012), hal 403
[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 15:15)
[7] Conny Semiawan dkk, Pendekatan
Keterampilan Proses. Dikutip dari Makalah Metodologi Pengajaran PAI “Metode
Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).
[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15
)
[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran Cet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru
& Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2012), hal 405-406
[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15
)
[12] http
://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep
Strategi Pembelajaran Cet ke-3, (Bandung : PT Refika Aditama, 2012),
hal 56
[14]
http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/#ixzz1vIhGuiFY
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru
& Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2012), hal 405
[17] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[18] Agus Suprijono, Cooperative
Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, (Yogyakarta : Pustaka
Belajar, 2012), hal 93-94
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus